MAKALAH
ADIKSI PORNOGRAFI
Disusun Oleh :
Abyan Dwi Harpan (10515049)
Fikri Dio Aisy N. (12515672)
Hafidz Syams A.R. (12515986)
Sufi Ghossan (16515698)
Kelas : 2PA10
Fakultas Psikologi S-1
Psikologi
Universitas Gunadarma 2016
Daftar Isi
Daftar Isi........................................................................................................................1
I.
Pendahuluan................................................................................................2
II.
Landasan
Teori............................................................................................3
III.
Contoh
Kasus..............................................................................................7
IV.
Pembahasan dan
Kesimpulan......................................................................8
Daftar Pustaka.............................................................................................................10
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada era
modern sekarang, hampir semua masyarakat sudah menikmati dari perkembangan
teknologi. Hal-hal yang sulit dijangkau pada masa lalu, sekarang dapat dengan
mudah dijangkau oleh siapa saja misal orang yang berkomunikasi menggunakan
telepon.Padahal mereka berada pada tempat yang jauh dan berbeda. Apalagi pada
saat ini yang sudah ada penemuan baru bernama internet. Semua yang manusia
butuhkan ada di sana. Begitu pula dengan masyarakat Indonesia yang tentunya
juga ingin menikmati perkembangan teknologi yang bernama internet. Namun dampak
dari perkembangan teknologi tersebut tidak lah selalu kearah yang lebih
baik.
Penggunaan internet untuk mengakses situs-situs
porno memang sangat sulit untuk dihindari, mengingat bahwa situs-situs semacam
itu tersedia sangat banyak dalam dunia maya tersebut. Kenyataan yang ada di
Indonesia saat ini tampaknya tidak jauh berbeda. Hal itu terlihat dari masuknya
situs-situs porno di search engine sebagai Top 10 Website yang paling banyak
dikunjungi. Dengan melihat jumlah pengakses situs-situs porno di internet yang
cenderung meningkat dari hari ke hari, maka perlu diwaspadai dampak penggunaan
teknologi tersebut terhadap kesehatan mental dan hubungan interpersonal si user
(pengguna).
B.
Tujuan
Tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah untuk menghindari adiksi
pornografi bagi pengguna pengguna internet dan diharapkan dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
II.
LANDASAN
TEORI
A.
Adiksi
1.
Pengertian
Adiksi
Menurut
Nadesul (2011), adiksi merupakan gejala permukaan. Harus dipelajari pemicu yang
berasal dari lingkungan dan emosi. Setelah pemicu tersebut dapat diketahui dan
dapat dikontrol, orang itu dapat menggali masalah itu lebih dalam, seperti;
citra diri, perawatan diri, masalah relasi, dan memotivasi sistem responder
otak antara lain dengan mencari aktifitas pengganti lebih baik guna mengalihkan
diri dari godaan.
Menurut
Martono dan Joewana (2006), adiksi adalah suatu penyakit bio-psiko-sosial,
artinya melibatkan aspek biologis, psikologis, dan sosial, juga aspek rohani.
Adiksi merupakan suatu kondisi ketergantungan
fisik dan mental terhadap hal-hal tertentu yang menimbulkan perubahan perilaku
bagi orang yang mengalaminya.
B. Pornografi
1.
Pengertian
Pornografi
Menurut
Chatib (2012), pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia
dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan pertunjukkan di
muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan melanggar nilai-nilai
kesusilaan dalam masyrakat.
Menurut
Irianto (2006), pornografi berasal dari kata Yunani kuno yaitu pornc dan graphos. Pornc berarti pelacur
kelas rendah dan graphos berarti
tulisan, sketsa, atau gambar. Dengan demikian pornografi adalah tulisan,
sketsa, atau gambar tentang perempuan sebagai pelacur kelas murah.
Pornografi
adalah perbuatan, gambar, tulisan, lagu, suara, bunyi, benda atau segala
sesuatu yang dapat merangsang birahi manusia, menyinggung rasa susila
masyarakat umum, dan dapat mengakibatkan tindakan maksiat serta dapat
mengganggu ketentraman umum.
2.
Aspek-aspek
Pornografi
Menurut
Cerita Remaja Indonesia (2011), aspek-aspek pornografi adalah sebagai berikut;
a. Meningkatnya
berbagai kasus kekerasan seksual pada remaja.
b. Rangsangan
kuat dari luar seperti; film-film seks, games, buku-buku bacaan, dan
majalah-majalah bergambar seksi.
c. Pengamatan
secara langsung terhadap perbuatan seksual tidak hanya mengakibatkan
memuncaknya atau semakin panasnya reaksi-reaksi seksual tetapi juga
mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak.
C.
Adiksi
Pornografi
1.
Pengertian
Adiksi Pornografi
Menurut
Mark Kastleman (dalam Pasiak, 2009), mengungkapkan adiksi pornografi disebabkan
oleh stimulasi oleh pornografi yang merangsang pelepasan hormon dopamin dan
endorfin. Jumlah reseptor di dalam otak juga harus terus bertambah yang dapat
menggiring seseorang menjadi kecanduan.
Menurut
Nadesul (2011), adiksi pornografi sama prosesnya dengan kecanduan kokain dan
zak adiktif lain. Paparan pornografi menyebabkan perubahan konstan pada
neurotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Seseorang yang kecanduan
pornografi tak bisa mengontrol perilaku seksnya dan mengalami gangguan memori.
Menurut
Durham (2015), adiksi pornografi adalah model kecanduan aktivitas seksual
kompulsif dengan penggunaan dari materi pornografi, meskipun memiliki
konsekuensi negatif terhadap seseorang untuk fisik, mental, sosial, atau
kesejahteraan finansial.
Menurut
Sanjaya, Christine, dan Arista (2010), adiksi pornografi adalah adiksi yang
paling sulit diubah karena hal-hal yang terkait dengan seksual memang sangat
manusiawi, untuk segala usia.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa adiksi pornografi
adalah perilaku berulang untuk melihat hal-hal yang merangsang nafsu seksual,
dapat merusak kesehatan otak dan kehidupan seseorang, serta pecandu pornografi
tidak sanggup menghentikannya.
2.
Ciri-ciri
adiksi pornografi
Menurut
Telkomsel (2016), ciri-ciri orang yang adiksi pornografi:
a. Bila
ditegur dan dibatasi penggunaan smartphone
atau laptopnya akan marah, melawan, berkata kasar, bahkan keji.
b. Mulai
impulsif, berbohong, jorok, moody.
c. Malu
tidak pada tempatnya.
d. Sulit
berkonsentrasi.
e. Jika
berbicara menghindari kontak mata.
f. Menyalahkan
orang.
g. Secara
emosional menutup diri.
h. Prestasi
akademis menurun.
i.
Main dengan kelompok
tertentu saja.
j.
Hilang empati, yang
diminta harus diperoleh segera.
3.
Indikator
perilaku adiksi pornografi
Menurut
Kimberly (2011), perilaku adiksi pada objek pornografi dapat dilihat dari
beberapa indikator berikut:
a. Merasa
terhanyut atau keasyikkan dengan internet berkonten pornografi.
b. Memerlukan
waktu tambahan dalam mencapai tingkat kepuasan tertentu sewaktu menggunakan
internet untuk mengakses konten pornografi.
c. Tidak
mampu lagi mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet untuk
mengakses konten pornografi.
d. Merasa
gelisah, murung, depresi, atau lekas marah ketika berusaha mengurangi atau
menghentikan penggunaan internet untuk mengakses konten pornografi.
e. Mengakses
internet untuk mengakses konten pornografi lebih lama dari yang dia harapkan.
f. Kehilangan
orang-orang terdekatnya, pekerjaannya, kesempatan dalam pendidikan, ataupun
karir karena penggunaan internet untuk mengakses konten pornografi secara
berlebihan.
g. Mulai
membohongi keluarga, terapis, atau orang-orang terdekat untuk menyembunyikan
perilaku, dan keterlibatan lebih jauh dengan internet dan konten pornografi.
h. Menggunakan
internet untuk mengakses konten pornografi sebagai suatu jalan keluar mengatasi
masalah yang dia hadapi atau menghilangkan perasaan seperti keadaan tidak
berdaya, rasa bersalah, kegelisahan, atau depresi.
III.
CONTOH KASUS
Seorang
anak bernama Angga adalah siswa yang cukup berprestasi di sekolahnya, ia selalu
mendapat ranking tiga besar di kelas
tujuh semester satu dan semester dua. Naik kelas ke kelas delapan, sesuai
peraturan sekolah kelas pun diacak kembali siswa-siswanya. Angga bertemu
teman-teman baru di kelasnya dengan berbagai macam karakter. Salah satu teman
angga yang bernama Resky adalah orang yang senang mengoleksi video porno. Resky
mengajak Angga untuk menonton video porno bersama-sama. Keesokan harinya hampir
setiap jam istirahat sekolah mereka menyempatkan untuk menonton 1 video porno.
Angga penasaran bagaimana Resky mendapatkan video tersebut, lalu ia minta
diajari oleh Resky bagaimana cara mengakses video porno tersebut. Resky
mengajari Angga cara untuk mengakses video porno melalui internet.
Setelah
pulang sekolah Angga pulang ke rumah dengan terburu-buru, ia langsung masuk kamar
dan menguncinya, Angga mencoba apa yang telah diajarkan Resky kepadanya. Setelah
saat itu, Angga menjadi lebih sering menghabiskan waktunya untuk menonton dan
mengakses konten pornografi daripada mengerjakan tugas-tugasnya dan belajar
untuk ulangan. Orang tua Angga menyadari bahwa anaknya tidak terlihat belajar
saat di rumah, lalu mengancam Angga dengan cara untuk menyita smartphonenya dan memutus koneksi
internet di rumah, tapi Angga malah marah-marah, lalu membohongi orang tuanya
bahwa ia akan mulai rajin belajar kembali jika hal tersebut tidak dilakukan. Di
sekolah, Angga menjadi orang yang tertutup terhadap teman-temannya yang rajin,
dan lebih memilih bermain bersama Resky. Angga juga menjadi orang yang suka
berkata-kata kasar dan sering membantah jika diberi nasehat oleh teman, guru,
dan orang tuanya. Saat guru menerangkan pelajaran angga terlihat lebih sering
melamun, ketika ditanya guru ia tidak bisa menjawab, nilai-nilai rapot Angga di
sekolah menurun, guru-guru dan teman-temannya yang lain menjadi kurang suka
dengan sifat dan sikap Angga yang sekarang.
IV.
PEMBAHASAN & KESIMPULAN
Contoh
kasus diatas menunjukkan bahwa seseorang yang kecanduan pornografi berawal dari
rasa penasaran dan lingkungan, karena adiksi merupakan gejala permukaan.
pemicunya berasal dari lingkungan dan emosi, menempatkan seseorang dalam
ketergantungan fisik dan mental terhadap
hal-hal tertentu yang menimbulkan perubahan perilaku bagi orang yang
mengalaminya. Pornografi ialah materi seksualitas bisa berupa video, gambar,
dan sebagainya yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan melanggar
nilai-nilai kesusilaan dalam masyrakat. Kecanduan Pornografi menyebabkan seseorang berperilaku agresif, menjadi
orang yang tertutup di lingkungan sekitarnya, dan suka berbohong kepada
orang-orang untuk memenuhi keinginannya.
Selain itu kecanduan pornografi cukup berbahaya
untuk otak, sebab adiksi pornografi sama prosesnya
dengan kecanduan kokain dan zat adiktif lain. Paparan pornografi menyebabkan
perubahan konstan pada neurotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Seseorang
yang kecanduan pornografi tak bisa mengontrol perilaku seksnya dan mengalami
gangguan memori. Itulah mengapa anak pada contoh kasus diatas mengalami
penurunan prestasi dan juga perubahan tingkah laku ke arah yang lebih negatif.
Berikut
adalah ciri-ciri orang yang adiksi pornografi Menurut Telkomsel (2016), ciri-ciri
orang yang adiksi pornografi:
a. Bila
ditegur dan dibatasi penggunaan smartphone
atau laptopnya akan marah, melawan, berkata kasar, bahkan keji.
b. Mulai
impulsif, berbohong, jorok, moody.
c. Malu
tidak pada tempatnya.
d. Sulit
berkonsentrasi.
e. Jika
berbicara menghindari kontak mata.
f. Menyalahkan
orang.
g. Secara
emosional menutup diri.
h. Prestasi
akademis menurun.
i.
Main dengan kelompok
tertentu saja.
j.
Hilang empati, yang
diminta harus diperoleh segera.
Bila
pada anak terdapat ciri-ciri diatas ada baiknya sebagai orang tua memantau
pergaulan anak di lingkungannya, lalu membatasi penggunaan smartphone yang berlebihan. Seks adalah ilmu pengetahuan, lebih
bagus jika orang tua mengajari secara bertahap kepada anak sesuai dengan
usianya. Agar tidak kaget saat melihat atau mendengar hal-hal berbau seks, jika
sebelumnya tidak mengetahui sama sekali, ketika ia tahu cenderung dapat
mengalami adiksi pornografi. Apabila memang sudah terlalu kecanduan, baiknya
dibawa ke terapis.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib, M. (2012). Orangtuanya Manusia. Bandung: Mizan Pustaka.
Durham, S. (2015). Opposing Pornography; A look at the Anti-Pornography
Movement. United Kingdom: AMF Publishing.
Movement. United Kingdom: AMF Publishing.
Irianto, S. (2006). Perempuan dan Hukum; Menuju Hukum yang Berperspektif
Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kimberly, S.Y. (2011). Internet Addiction: A Handbook and Guide to Evaluation and
Treatment. New Jersey: John Wiley & Sons.
Treatment. New Jersey: John Wiley & Sons.
Martono, L.H., dan Satya Joewana.
(2006). Modul Latihan Pemulihan Pecandu
Narkoba Berbasis Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.
Narkoba Berbasis Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.
Nadesul, H. (2011). Menyayangi Otak, Menjaga Kebugaran, Mencegah Penyakit,
Memilih Makanan. Jakarta: Buku Kompas.
Memilih Makanan. Jakarta: Buku Kompas.
Pasiak, T. (2009). Unlimited Potency of The Brain. Jakarta: Mizan Publishing.
Sanjaya, R., Christine Wibhowo, dan
Arista Prasetyo Adi. (2010). Parenting
Untuk
Pornografi di Internet. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Pornografi di Internet. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Telkomsel. (2016). 17 Rumus Keren InternetBAIK. Jakarta: InternetBAIK.
Cerita Remaja Indonesia. (2001). Materi Yang Menonjolkan Seks di MediaI.
Diunduh 23 Desember 2016 dari
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mblmateriseksual.html.
Diunduh 23 Desember 2016 dari
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mblmateriseksual.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar